Rabu, 07 Desember 2011

SURVEY

ILMU UKUR TANAH


ILMU UKUR TANAH
PENDAHULUAN
GEODESI MENCAKUP KAJIAN DAN PENGUKURAN LEBIH LUAS, TIDAK SEKEDAR PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI DI DARAT, NAMUN JUGA DIDASAR LAUT UNTUK BERBAGAI KEPERLUAN, JUGA PENENTUAN BENTUK DAN DEMENSI BUMI BAIK DENGAN PENGUKURAN DIBUMI DAN DENGAN BANTUAN PESAWAT UDARA, MAUPUN DENGAN SATELIT DAN SISTEM INFORMASINYA.
ILMU UKUR TANAH DIDEFINISIKAN ILMU YANG MENGAJARKAN TENTANG TEKNIK-TEKNIK / CARA-CARA PENGUKURAN DIPERMUKAAN BUMI DAN BAWAH TANAH DALAM AREAL YANG TERBATAS (±20’-20’ ATAU 37 Km x 37 Km) UNTUK KEPERLUAAN PEMETAAN DLL.

MENGINGAT AREAL YANG TERBATAS , MAKA UNSUR KELENGKUNGAN PERMUKAAN BUMI DAPAT DIABAIKAN SEHINGGA SISTEM PROYEKSINYA MENGGUNAKAN PROYEKSI ORTHOGONAL DIMANA SINAR-SINAR PROYEKTOR SALING SEJAJAR ATAU SATU SAMA LAIN DAN TEGAK LURUS BIDANG PROYEKSI. SEDANGKAN PADA PETA DAPAT DIDEFINISIKAN SEBAGAI GAMBARAN DARI SEBAGIAN PERMUKAAAN BUMI PADA BIDANG DATAR DENGAN SKALA DAN SISTEM PROYEKSI TERTENTU.
UNTUK MEMUDAHKAN PENENTUAN SUATU WILAYAH, MAKA BUMI DIBATASI MENJADI GARIS BUJUR DAN GARIS LINTANG
JENIS PETA
Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.
Peta berdasarkan isinya:
1. Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran.
2. Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahan-bahan pembentuk   tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi.
3. Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dll-nya.
4. Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah.
5. Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah
6. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota dll-nya.
7. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya.
8. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang   mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala
1 : 10 000 atau lebih besar.
9. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar.
10. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala lebih kecil dari
                 1 : 100 000.
PETA BERDASARKAN SKALANYA:
  1. Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar.
  2. Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 - 1 : 100 000.
  3. Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000.
PETA TANPA SKALA KURANG ATAU BAHKAN TIDAK BERGUNA. SKALA PETA MENUNJUKKAN KETELITIAN DAN KELENGKAPAN INFORMASI YANG TERSAJI DALAM PETA.
PENULISAN SKALA PETA
SKALA PETA DAPAT DINYATAKAN DALAM BEBERAPA CARA :
  1.       ANGKA PERBANDINGAN
          MISAL 1: 1.000.000 MENYATAKAN 1 cm atau 1 inch DI PETA SAMA DENGAN 1.000.000 cm/  inch DIPERMUKAAN BUMI
     2.         PERBANDINGAN NILAI
                MISAL 1 CM UNTUK 10 km
     3.         SKALA BAR ATAU SKALA GARIS
                 
GARIS INI DITETAPKAN ATAU DIGAMBARKAN DALAM PETA DAN DIBAGI-BAGI DALAM INTERVAL YANG SAMA, SETIAP INTERVAL MENYATAKAN BESARAN PANJANG YANG TERTENTU. PADA UJUNG LAIN, BIASANYA SATU INTERVAL DIBAGI-BAGI LAGI MENJADI BAGIAN YANG LEBIH KECIL DENGAN TUJUAN AGAR PEMBACA PETA DAPAT MENGUKUR PANJANG DALAM PETA SECARA LEBIH TELITI.

PETA BERDASARKAN PENURUNAN DAN PENGGUNAAN
Peta dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi.
Peta tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu.
ARTI PENTING PETA (IUT) DALAM TEKNIK SIPIL (REKAYASA)
INFORMASI YANG TERDAPAT DALAM PETA:
    1. MERUPAKAN MINIATUR BENTANG ALAM DARI DAERAH YANG TERPETAKAN
    2. JARAK, ARAH, BEDA TINGGI DAN KEMIRINGAN DARI SATU TEMPAT KE TEMPAT LAINYA
    3. ARAH ALIRAN AIR PERMUKAAN DAN DAERAH TANGKAPAN HUJAN
    4. UNSUR-UNSUR ATAU OBYEK YANG TERGAMBAR DI LAPANGAN
    5. PERKIRAAN LUAS SUATU WILAYAH
    6. POSISI SUATU TEMPAT SECARA RELATIF
    7. JARINGAN JALAN DAN TINGKAT ATAU KELASNYA
    8. PENGGUNAAN LAHAN, DLL.
JENIS PENGUKURAN
PENGUKURAN UNTUK PEMBUATAN PETA BISA DIKELOMPOKKAN BERDASARKAN CAKUPAN ELEMEN ALAM, TUJUAN, CARA ATAU ALAT DAN LUAS CAKUPAN PENGUKURAN.
Berdasarkan alam:
  Pengukuran daratan (land surveying): antara lain
pengukuran topografi, untuk pembuatan peta topografi, dan pengukuran kadaster, untuk membuat peta kadaster.
  Pengukuran perairan (marine or hydrographic surveying): antara lainpengukuran muka dasar laut, pengukuran pasang surut, pengukuran untuk pembuatan pelabuhan dll-nya.
  Pengukuran astronomi (astronomical survey): untuk menentukan posisi di muka bumi dengan melakukan pengukuran-pengukuran terhadap benda langit.
Berdasarkan tujuan:
·         Pengukuran teknik sipil (engineering survey): untuk memperoleh data dan peta pada pekerjaan-pekerjaan teknik sipil.
·         Pengukuran untuk keperluan militer (miltary survey).
·         Pengukuran tambang (mining survey).
·         Pengukuran geologi (geological survey).
·         Pengukuran arkeologi (archeological survey).
Berdasarkan cara dan alat:
a. Pengukuran triangulasi,
b. Pengukuran trilaterasi,
c. Pengukuran polygon,
d. Pengukuran offset,
e. Pengukuran tachymetri,
f. Pengukuran meja lapangan,
g. Aerial survey,
h. Remote Sensing, dan
i. GPS.
    a, b, c dan i untuk pengukuran kerangka dasar, d, e, f, g dan h untuk pengukuran detil.
Berdasarkan luas cakupan daerah pengukuran:
Pengukuran tanah (plane surveying) atau ilmu ukur tanah dengan cakupan pengukuran
37 km x 37 km. Rupa muka bumi bisa dianggap sebagai bidang datar.
Pengukuran geodesi (geodetic surveying) dengan cakupan yang luas. Rupa muka bumi merupakan permukaan lengkung.
PENGUKURAN DAN PEMETAAN DALAM DAUR PEKERJAAN TEKNIK SIPIL
BANGUNAN-BANGUNAN TEKNIK SIPIL BUKANLAH SISTEM YANG MATI. JARINGAN JALAN MISALNYA, MERUPAKAN SISTEM YANG MEMPUNYAI DAUR HIDUP, YAITU MEMPUNYAI UMUR RENCANA DENGAN ANGGAPAN-ANGGAPAN TERTENTU, MISALNYA VOLUME LALU-LINTAS YANG SELALU BERUBAH DARI WAKTU KE WAKTU. URUTAN DAUR PENGEMBANGAN SEBETULNYA TIDAK HARUS BERUPA LANGKAH DESKRIT DARI AWAL TERUS SELESAI, TETAPI LEBIH MENYERUPAI PROSES YANG MELINGKAR DAN MUNGKIN MELONCAT.
PROSES PEMETAAN TERISTRIS
PEMETAAN TERISTRIS ADALAH PROSES PEMETAAN YANG PENGUKURANNYA LANGSUNG DILAKUKAN DIPERMUKAAN BUMI DENGAN PERALATAN TERTENTU.
WAHANA PEMETAAN TIDAK HANYA DAPAT DILAKUKAN SECARA TERISTRIS, NAMUN DAPAT PULA SECARA FOTOGRAMETIS (FOTO UDARA), RADARGRAMETRIS (BERBEDA PANJANG GELOMBANG DGN FOTOGRAMETRIS), VIDEOGRAFIS, TEKNOLOGI SATELIT DSB.
DASAR PEMILIHAN WAHANA
PEMILIHAN WAHANA TERSEBUT TERGANTUNG DARI :
  1. TUJUAN PEMETAAN
  2. TINGKAT KERINCIAAN OBYEK YANG HARUS DISAJIKAN
  3. CAKUPAN WILAYAH YANG DIPETAKAN.
BAGAN PEMETAAN TERISTRIS

ILMU BANGUNAN

PENGERTIAN BANGUNAN

Bangunan biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi. Umumnya sebuah peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik teknik bangunan maupun sarana dan prasarana yang dibuat ataupun ditinggalkan oleh manusia dalam perjalanan sejarahnya.
Karena bangunan berkaitan dengan kemajuan peradaban manusia, maka dalam perjalanannya, manusia memerlukan ilmu atau teknik yang berkaitan dengan bangunan atau yang menunjang dalam membuat suatu bangunan. Perkembangan Ilmu pengetahuan tidak terlepas dari hal tersebut seperti halnya arsitektur, teknik sipil yang berkaitan dengan bangunan. Bahkan penggunaan trigonometri dalam matematika juga berkaitan dengan bangunan yang diduga digunakan pada masa Mesir kuno dalam membangun Piramida. Bahkan pada masa sekarang, bangunan bangunan berupa gedung tinggi dianggap merupakan ciri kemajuan peradaban manusia.
Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana dan prasarana ataupun infrastruktur dalam kehidupannya. Seperti halnya memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal. Kemudian memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai bahan-bahan untuk membuat infrastruktur seperti halnya batu, tanah dan kayu. Kemudian setelah ditemukan bahan bahan tambang yang dapat digunakan untuk membuat alat atau benda yang menunjang sebuah bangunan seperti halnya barang logam dan mengolah bahan bahan alam seperti mengolah batuan kapur, pasir dan tanah. Dalam perkembangannya, manusia membuat bahan bahan bangunan dari hasil industri atau buatan manusia yang bahan-bahannya bakunya diambil dari alam

PENGUJIAN BAHAN BANGUNAN

ANALISIS BERAT JENIS DAN PENYERABAN AGGREGAT KASAR


1.Tujuan Percobaan
Menentukan “bulk dan apparent” berat jenis (specific gravity) dan penyerapan (absorpion) dari sggregat kasar menurut prosedur ASTM C127-97. Nilai ini di perlukan untuk mentukan komposisi dalam adukan beton ketika mix desain.


2. Peralatan
v Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang berkampasitas 5Kg
v Keranjang besi dengan diameter 203,2mm (8’’) dan tinggi          63,5mm (2,5’’)
v Alat penggantung keranjang
v Oven
v Handuk


3. Bahan Percobaan

Berat contoh aggregat disiapkan sebanyak 11 liter kering muka (SSD “surface saturated dry” ) contoh didapat kan dari bahan yang di proses melalui alat pemisah atau cara perempatan. Butiran aggregat yang lolos no.4 tidak dapat di gunakan sebagai benda uji.

4. Peroses Percobaban
1)  Cuci bahan ujin untuk menghilang kan debu atau bahan-bahan                 lain nya.
2)  Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5) ᵒC selama 24 jam atau sampai berat nya tetap.
3)  dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam,kemudian kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram. (Bk)
4)    Rendam benda uji dalam suhu kamar selama (24 ± 4) jam.
5)    Keringkan denda uji dalam air, lap kain penyerap sampai selaput air pada permukaan helang (SSD), untuk buriran yang besar pengeringan harus satu persatu.
6)    Timbangan benda uji kering permukaan jenuh. (Bk)
7)    Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batu nya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan berat di dalam air. (Bk)
8)    Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25 ᵒC).


5. Perhitungan
Berat Jenis Semua / Apperent Grafity  =
Berat Jenis / Bulk Spesifific Grafity      =
Berat Jenis Kering Pernukaan Jenuh/Bulk Spesifific Grafity (SSD)   =
Persentase (%) penyerapan (absorpition)



6. Analisis Hasil Percobaan
   ● Berat Contoh SSD             = (3000+2460)/2=2584 gram
   ● Berat Contoh dalam air   =(1842+1505)/2=1673,5 gram
   ● Berat Contoh Kering Diudara =(2910+2385)/2=2647,5 gram
   ● Apperent Spesific Grafity =(2,725+2,497)/2=2,718
   ● Bulk Spesific Grafity kondisi kering =(2,513+2,497)/2=2,505
   ● Bulk Spesific Grafity kondisi SSD =(2,591+2,576)/2=2,584
   ● Persentasi (%) Penyerapan(absorpition)=(3,009+3,145)/2=3,119%


7. Kesimpulan
Dari data perhitungan diatas diperoleh Persentase Penyerapan (absorpition):
Aggregat Kasar (Split) sebesar 3,11%< Peresapan maximum 5%, jadi dapat dipakai karena sesuai dengan yang diijinkan.

PEMBESIAN

GAMBAR-GAMBAR PEMBESIAN

Sloof dengan fondasi pasangan batu kali 


Sloof dengan fondasi telapak


 Detail penulangan / pembesian sloof :
1.Kita ulangi

2.Penjelasan rumahdangriya
a.1. Posisi sloof pada fondasi pasangan batu kali

a.2. Detail Pembesian sloof 1


Keterangan rumahdangriya
-. tulangan warna merah adalah tulangan kolom (harus dibuat seperti gambar) dengan panjang bengkokan sebesar 40d (40 dikalikan dengan diameter tulangan yang digunakan)
contoh : Jika tulangan kolom atau tiang anda menggunakan besi diameter 10 maka panjang pembengkokan (pembesian atau penulangan warna merah pada gambar) sepanjang 40 cm.
-. Pembengkokan besi pada ujungnya harus diberi kait.(lihat pembengkokan ujung tulangan kolom berwarna merah)

KESALAHAN DALAM MEMBUAT SLOOF (KESALAHAN PEMBESIAN PENULANGAN SLOOF) 

GAMBAR BANGUNAN


MEMBUAT GAMBAR RENCANA

MEMBUAT GAMBAR RENCANA
A. Menggambar Proyeksi Bangunan
Uraian pada bagian ini merupakan uraian umum mengenai gambar proyeksi bangunan. Gambar proyeksi yang diuraikan adalah gambar proyeksi perspektif. Untuk dasar-dasar dari menggambar proyeksi dapat dilihat dan dipelajari dalam buku-buku dasar menggambar teknik bangunan.
Menggambar proyeksi perspektif adalah salah satu cara pengungkapan ide/gagasan atau imajinasi yang sangat natural (dalam arti sesuai dengan kemampuan pandangan mata) dan mudah dimengerti oleh pemberi tugas atau orang lain yang bukan ahli bangunan/arsitek. Hal tersebut disebabkan, gambar proyeksi perspektif memperlihatkan rencana ruang-ruang (space) dan massa bangunan dalam bentuk tiga dimensi. Untuk dapat membuat gambar proyeksi perspektif diperlukan pedoman gambar kerja/bestek berupa; gambar denah, potongan melintang, potongan memanjang, tampak depan, samping kiri, dan kanan dengan skala yang benar. Dengan kemampuan dan kemahiran menerapkan skala pada gambar denah, potongan, dan tampak secara proyeksi perspektif, akan diperoleh gambar proyeksi perspektif yang mendekati realita/kenyataan pandangan terhadap rencana bangunan sebenarnya.
Pembuatan gambar proyeksi perspektif terdiri dari dua sudut pandang, yaitu;
1. Gambar proyeksi perspektif menggunakan dua titik lenyap setinggi mata orang (ibarat orang memotret dengan berdiri tegak). Gambar proyeksi perspektif model ini sering digunakan para arsitek untuk menggambar proyeksi perspektif, karena obyek bangunannya tidak terlalu besar dan menampakkan bentuk bangunan 3 (tiga) dimensi dengan jelas,
2. Pengambilan gambar perspektif menggunakan dua titik lenyap dengan mata burung (bird eye). Gambar proyeksi perspektif dengan model ini dilakukan bila obyek bangunannya besar sekali, dan bentuk bangunan akan tampak semuanya, tetapi prosentasenya lebih banyak terlihat bagian atap bangunan (ibarat orang memotret dengan memanjat pohon yang tinggi atau naik di atas menara). Model proyeksi perspektif ini
jarang digunakan para arsitek karena tidak dapat menampakkan gambar bangunan dengan jelas.

B. Menggambar Sketsa
Gambar sketsa adalah pembuatan gambar tanpa melalui alat bantu menggambar yang biasa digunakan, yaitu penggaris. Alat bantu yang digunakan dalam gambar sketsa adalah imajinasi dan penalaran pandangan mata. Gambar sketsa sering digunakan oleh para arsitek dalam merencanakan bangunan. Yang sering digunakan adalah sketsa untuk merencanakan interior dan eksterior bangunan.
Gambar sketsa juga sering digunakan untuk menggambar proyeksi perspektif. Gambar tersebut dihasilkan tanpa melalui bantuan gambar denah, potongan, dan tampak. Dasar yang digunakan dalam menggambar sketsa proyeksip perspektif, baik interior maupun eksterior adalah imajinasi dan penalaran pandangan mata yang cekatan dan kuat dalam alam pikiran seseorang. Gagasan tentang rancangan bentuk rumah/bangunan sudah tergambar secara menyeluruh dalam imajinasi dan penalaran. Bila hasil sketsa tersebut akan diterapkan dalam pembuatan bangunan, maka dari gambar sketsa yang dihasilkan tersebut baru dibuat gambar rencana secara lengkap yang meliputi denah, potongan, dan tampak.

C. Membuat Gambar Kerja dan Daftar Komponen
Gambar kerja merupakan dasar bagi pelaksana untuk melakukan pekerjaan bangunan di lapangan. Gambar kerja didasarkan dari gambar konstruksi yang memuat detail-detail dari setiap komponen pekerjaan bangunan. Beberapa komponen yang gambar kerja adalah;

1. Gambar pondasi,
2. Gambar penulangan beton (sloof, kolom, dan ring balok),
3. Gambar dinding dan plesteran,
4. Gambar kusen (pintu dan jendela) beserta daunnya,
5. Gambar kuda-kuda dan atap,
6. Gambar plafon,
7. Gambar Instalasi air dan plumbing, dan
8. Gambar instalasi listrik.

Untuk memahmi lebih lanjut tentang gambar kerja, maka disarankan untuk mempelajarinya pada buku-buku menggambar konstruksi bangunan gedung

D. Membaca Gambar Konstruksi
Gambar konstruksi untuk merencanakan dan membuat suatu bangunan terdiri atas; gambar denah, gambar potongan, dan gambar tampak.
1. Gambar Denah
Denah merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu gambar konstruksi. Denah berasal dari kata latin "planum" yang berarti "dasar". Lebih jauh diartikan sebagai lantai atau tempat dimana kita berpijak. Gambar denah sebenarnya adalah gambar potongan suatu bangunan dalam bidang datar dengan ketinggian antara ±80-100 cm di atas lantai normal (lantai yang mempunyai ketinggian dari titikduga ±0.00).
Tujuan pembuatan gambar denah adalah untuk menjelaskan ruang-ruang tiga dimensional yang direncanakan, baik dari segi hubungan maupun fungsinya. Oleh sebab itu, pada gambar denah memuat batas-batas ruang, arah dari membukanya pintu/jendela, notasi-notasi ketinggian lantai. Gambar denah tersebut informatif bila saat dilihat/dibaca dapat dirasakan dimensi dan keleluasaan ruang serta dapat mengenal fungsin ruang.

2. Gambar Potongan
Gambar potongan adalah gambar bangunan yang diproyeksikan pada bidang vertikal dan posisinya diambil pada tempat-tempat tertentu, terutama adalah duga lantai yang negatip (turun). Gambar potongan menunjukkan semua bahan-bahan, baik eksterior maupun interior yang akan digunakan dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang merupakan kunci dari sistem bangunan tersebut, seperti bagian-bagian mekanikal, plumbing dan sebagainya. Fungsi gambar potongan adalah menunjukkan proporsi ruang interior dan penyelesaiannya.

3. Gambar Tampak
Gambar proyeksi orthogonal, sehingga secara grafis terlihat sebagai gambar dua dimensi yang datar. Gambar tampak terdiri atas 4 (empat) sisi pandang, yaitu tampak muka, samping kiri, samping kanan, dan belakang.
Gambar tampak hams memperlihatkan;
a. Karakter dari bangunan itu sendiri.
b. Proporsi dan skala terhadap manusia (pemakainya).
Gambar 1-9, Gambar Tampak Muka
Gambar 1-10, Gambar Tampak Samping Kiri
Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana
c Segi-segi lain yang menyangkut perihal ekspresi keindahan serta hubungannya dengan gambar denah dan gambar potongan yang memperlihatkan konstruksinya.

4. Gambar Rencana
Gambar denah, potongan, dan tampak biasanya disatukan dalam satu kertas gambar sebagai satu kesatuan dari gambar rencana bangunan. Hal tersebut merupakan merupakan dasar dari pelaksanaan pekerjaan bangunan. Selain itu, keberadaan gambar-gambar tersebut diperlukan dalam mengurus Ijin Mendirikan Bangunan (1MB).

KAYU

KAYU


Pengenalan alat-alat pengerjaan kayu
1. GERGAJI
Didalam pekerjaan-pekerjaan menukang kayu, gergaji termasuk salah satu perkakas yang sangat penting sebagai alat potong dan belah untuk membagi-bagi kayu dalam beberapa bentuk potongan yang dikehendaki. Juga sering sekali dipergunakan orang mulai sejak penebangan pohon sampai dijadikan bahan kayu ramuan, bahkan sampai pada bagian yang sekecil-kecilnya. Gergaji terbuat dari sebilah baja tipis, yang salah satu tepinya dibuat bergigi tajam dan diberi tangkai pemegang dari kayu. Ditinjau dari penggunaannya, gergaji dibuat dalam dua bentuk yaitu gergaji pemotong dan gergaji pembelah. Dalam gambar 1-1 dan 1-2 diperlihatkan dua bentuk dasar dari gigi-gigi gergaji itu.
1.1. Gergaji Tangan
Daun gergaji tangan dibuat dari semacam baja yang berkwalitas baik, dan cukup kaku mengingat gerak dorong dalam menggergaji, dan disamping itu mempunyai daya pegas agar tidak dapat menjadi bengkok. Selain berkwalitas baik dan mempunyai daya pegas, daunnya tidak boleh terlalu tebal (gambar 1.3). Panjang gergaji tangan yang terdapat dalam perdagangan adalah dari 10″ sampai 30″ atau 25 cm » sampai 75 cm. Untuk mengetahui kwalitas yang baik dari daun gergaji tangan, harus dipergunakan bunyi nyaring yang terjadi, jika dipukul dengan sepotong besi sambil dipegang tangkai pemegangnya. Dan untuk mencoba gaya pegas dari daunnya bisa dipegang kedua ujung daunnya Ialu dilengkungkan sampai kira—kira 90° sesudah itu dilepaskan, daun gergaji harus kembali tetap dalam keadaan semula. Selain itu daunnya harus rata dan gigi-giginya harus rapih dan Iurus.
Ada dua macam gergaji tangan:
a. Gergaji tangan pemotong.
b. Gergaji tangan pembelah.

Gergaji tangan pemotong dipergunakan untuk memotong kayu, dengan arah menggergaji adalah tegak Iurus terhadap arah urat kayu, sedangkan posisi gergaji berbentuk sudut 45° terhadap permukaan kayu (gambar 1.4). Sedangkan gergaji pembelah dipergunakan pembelah kayu dan arah menggergaji searah dengan arah urat kayu. Sedangkan posisi gergaji berbentuk sudut 60° terhadap permukaan kayu (gambar 1.5).
Dilihat dari kegunaan gergaji tangan ini maka bentuk giginya pun berlainan pula. Untuk gergaji pemotong geriginya dikikir miring, karena untuk memotong (mengarat) urat-urat kayu, dan miringnya dikikir kira-kira 60° sampai 80° terhadap daun gergaji (gambar 1,6). Dan untuk gergaji tangan pembelah, giginya dikikir tegak, jadi dikikir 90° terhadap daun gergaji (gambar 1.7). Kikir yang dipergunakan untuk mengikir gergaji tangan ialah kikir halus yang berbentuk segi tiga sama sisi.
Untuk mencegah daun gergaji terjepit pada waktu dipakai, maka ujung gerigi itu, baik untuk gergaji pemotong maupun gergaji pembelah, selang satu gig dibengkokkan ke kiri dan ka kanan. Pembengkokan ujung geriginya kira-kira 1/3 dari tinggi gerigi. (gambar 1.8). Lebar pembengkokannya juga harus sama besar ke kiri dan ke kanan. Untuk kayu basah lebar bengkokannya sama dengan 2 x tebal daun gergaji. Dan untuk kayu kering lebar bengkokannya sama dengan 1x tebal daun gergaji.
Alat untuk membengkokkan gerigi gergaji dipakai sebuah gegep bengkok (zattang) atau alat khusus yang terbuat dari plat baja. Untuk menentukan kasar dan halusnya gigi gergaji dapat dilihat dari nomor gergaji yang terdapat pada tumit daun gergaji. Yang maksudnya nomor tersebut menunjukkan jumlah gigi dalam 1″ (inci).
Contoh: Gatgaji no. 8 manunjukkan banyaknya
gigi dalam 1″ tardapat 8 gigi. (gambar 1.8A).

1.2. Gergaji Punggung.

Gergaji gunggung terbuat dan baja yang sangat tipis, dan pada bagian atasnya atau punggungnya diberi tulang. Tulang ini berguna supaya daun gergaji cukup kaku. Ukuran panjang daun gergaji dibuat dari 10″ sampai 20″. Ukuran panjang yang satu `dengan yang lainnya berturut-turut barbeda-beda (misalnya 10″ -12″ – 14″ dan seterusnya).
Gigi-gigi gergaji punggung sangat halus sekali sehingga mempunyai gigi 12 sampai 14 tiap inci. (gambar 1.14). Gergaji punggung sering sekali digunakan pada pekerjaan kayu yang kecil-keciI dan yang halus-halus, misalnya pada pembuatan poros, membuat sarongan 45°, membuat sambungan ekor burung dan Iain sebagainya, terutama pada pekerjaan-pekerjaan meubel (gambar 1.16).

1.3. Gergaji Tarik Dan Bentang

Di dalam praktek kerja kayu gergaji tarik dan bentang adalah alat untuk mamotong dan membelah kayu, terutama mengiris kayu dolok dan balok besar manjadi balok-balok atau papan-papan dalam ukuran yang dikehendaki.
Gergaji semacam ini terdiri dari sebilah daun gergaji dari baja (blade), yang satu bagian sisinya bergigi tajam, gigi-gigi gergaji tersebut ada dua macam yaitu gigi pemotong dan gigi pembelah (gambar 1.20). Gergaji tarik digunakan pada penebangan pohon, memotong batang kayu yang besar-besar, dan pemotongan dolok-dolok dan balok yang besar.
Sedangkan gergaji bentang banyak digunakan untuk membalah dolok-dolok atau balok kayu yang besar-besar, dan pekerjaan mengiris kayu yang Iebar-lebar untuk papan.

1.4.Gergaji Bentang Ukuran Kecil

Selain daripada gergaji bentang yang telah diutarakan terdahulu, terdapat pula gergaji bentang dalam ukuran kecil yang biasa digunakan untuk membelah dan memotong kayu dalam ukuran yang kecil-kecil pula, pelaksanaan pengerjaan hanya dilakukan oleh satu orang. (gambar1.23).
Adapun gunanya selain untuk memotong dan
membelah/mengiris kayu dalam ukuran yang kecil-kecil dapat pula digunakan pada pekerjaan-pakerjaan membuat sambungan purus daun pintu/jendela serta pada pekerjaan Iainnya, seperti memotong dada-dada cowakan dalam posisi tegak dan miring, selain untuk kayu dapat pula dipakai mamotong bambu juga. Untuk pekerjaan halus pada pembuatan perabot rumah tangga dari kayu.

1.5. Gergaji Gerek

Gergaji gerek pada umumnya digunakan untuk menggarek kayu yang berbentuk sisi Iengkung dan cekung .atau dalam bentuk Iingkaran, baik Iingkaran Iuar maupun dalam, tidak terbatas tipis dan tebalnya kayu yang dikerjakan, maupun jenis kayu papan atau jenis multiplex / triplex.
Punggung daun gergaji garek labih tipis daripada gigi-giginya dalam bentuk tirus ke arah tebalnya. Bentuk gigi dikikir serong berganti-ganti dalam keadaan bolak-balik. (gambar 1.24).
Adapun gunanya ialah untuk menggergaji sisi tebal kayu yang cekung, seperti pada pekerjaan membuat kaki kursi / meja antik dan macam-macam pekerjaan Iainnya. Dapat pula digunakan dalam pekerjaan memotong garis Iubang bulat dangan garis tengah ukuran besar, seperti pada pekerjaan membuat Iubang peti pengeras suara dan macam-macam pekerjaan Iainnya.

2. KETAM

Ketam ialah sebuah perkakas / alat untuk menghaluskan serta meratakan permukaan kayu. Ketam terdiri dari rumah ketam dan mata ketam. Rumah ketam ada yang dibuat dari kayu dan ada juga dari besi tuang. (gambar 1-29a dan 1-29b). Untuk rumah ketam dari kayu biasanya dipakai kayu berat, misalnya kayu sawo, kayu pasang. Lubang mata ketam bersudut 45°, terhadap bidang dasar rumah ketam dan Iebarnya disesuaikan Iebar mata ketam.
Untuk mengkokohkan mata ketam dengan rumah ketam digunakan baji. Supaya ketam dapat diatur maka pada mata ketam digagang Iidah, yang berguna pula untuk mematahkan sisa tatal.
Ketam yang sederhana terdiri dari rangka kayu, bagian mata ketamnya dibuat dari baja yang Iunak dan sisi tajamnya (cuttingedga) dari baja keras. Pada rangka ini dibuat Iubang bersudut 45° terhadap telapak rangkanya, lebar Iubang disesuaikan dengan mata ketam yang dipergunakan.
Karena ketam itu adalah alat untuk menyayat serat kayu, maka harus berat, apalagi kalau menyayat yang berlawanan dengan serat kayu, sehingga mata ketam akan menyayat lebih dalam Iagi. Untuk itu maka pada mata ketam dipasanglah Iidah (pematah sayatan) yang gunanya untuk mematahkan sisa pangetaman (tatal). Dengan dipasang Iidah pematah tatal maka tebal hasil ketaman dapat diatur.

Untuk mengokohkan rnata ketam dengan rangka (rumah ketam) dipasang baji.
Ukuran ketam ditentukan oleh lebarnya mata ketam yaitu dari ukuran 1″ sampai 2″. Mata ketam itu mempunyai sudut penajaman di antara 25° sampai 30° (gambar 1.32) atau kira-kira 2 X tebal mata ketam.
Adapun macam-macam ketam yang sering digunakan ialah:
1. Ketam pendek kasar (jack plane).
2. Ketam pendek halus (smooth plane).
3. Ketam panjanrg (jointer plane).
4. Ketam sponing (rabbet plane).
5. Ketam tongkat (spoke shave).

2.1. Ketam Pendek Kasar (Jack Plane)

Sesuai dengan namanya ketam ini gunanya untuk menghilangkan permukaan kayu yang kasar bekas penggergajian atau bekas pemotongan. Jadi hanya meratakan permukaan kayu yang bergelombang-gelombang tinggi saja.
Bentuk yang sederhana dari rangka (rumah) ketam inii terbuat dari kayu. Di Indonesia biasanya terbuat dari kayu sawo, pasang dan sebangsanya yang mengandung minyak (gambar 1.29).
Ukuran ketam ini panjang 20 cm, tinggi 6 cm dan Iebarnya tergantung dari Iebar mata ketam ditambah 1 cm. Bentuk rumah ketam ini ada bermacam-macam seperti bentuk ketam tanduk, bentuk ketam cina yang pada rangkanya diberi kayu melintang dan ada juga yang terbuat dari besi tuang (gambar 1.30).
Untuk ketam yang rumah ketamnya terbuat dari besi tuang selain harganya mahal, pada permukaan kayu hasil pengetaman terdapat goresan-goresan bekas sisi rumah ketam, terutama pada kayu lunak.
Lebar mata ketamnya biasanya berukuran dari 1″ sampai dengan 2″. Sudut penajaman antara 25° sampai dengan 30°, atau miring penajaman sama dengan 2 X tebal mata ketam (gambar 1.31.). Bagian sisi tajamnya (cutting edge) untuk ketam ini diasah agak bundar seluruh Iebarnya.

2.2. Ketam Pendek Halus

Ketam pendek halus ukuran dan bentuknya hampir sama dengan ketam pendek kasar. (gambar 1.32). Gunanya untuk menghaluskan permukaan kayu yang sudah diketam terlebih dahulu oleh ketam pendek kasar. Hasil pengetaman dengan ketam ini sangat halus, rata dan Iicin. Sudut penajamannya sama dengan ketam pendek kasar, hanya ada sedikit perbedaan, di kedua ujung sisi tajamnya (cutting edge) dibuat Iengkung sedang bagian tengahnya rata dan tegak lurus terhadap sisi ketam.

2.3. Ketam Panjang

Ketam panjang gunanya untuk mengetam kayu yang panjang-panjang supaya parmukaan kayu itu menjadi Iurus dan rata. Bentuk dari ketam panjang hampir sama seperti bentuk ketam pendek yaitu terdiri dari sebuah rumah ketam dari kayu yang dipasangi sebuah mata ketam dalam bentuk sudut 45°, mata ketamnya lebih Iebar daripada mata ketam pendek (gambar 1.44).
Keterangan gambar 1.44
1. Rumah-rumah ketam.
2. Dop (tombol) untuk mengatur mata ketam.
3. Lubang di mana mata ketam dipasang.
4. Baji dari kayu.
5. Mata ketam.
6. Pegangan ketam.
Sesuai dengan kegunaan ketam panjang, maka rumah ketamnya pun harus panjang kurang Iebih 60 cm. Pada bagian muka atas dari rumah ketam dipasang paku baja yang barkapala basar, biasanya dipakai paku kaling.
Paku tombol dipukul dangan palu untuk menaikkan atau membuka mata ketam. Sedangkan di atas bagian belakang mata ketam dipasang pegangan. Pada gambar 1.45 diperlihatkan cara pengetaman kayu tipis yang Iebih Iebar dari ketamnya, dimana keempat jari tangan kiri diletakkan di sisi kanan ketam, dan ibu jari di sebelah kirinya. Jika menarik kembali, ini tidak dilakukan dengan mengangkat bagian belakangnya sedikit seperti yang dilakukan pada ketam pendek, akan tetapi dimiringkan sedikit keluar. Maka dari itu sebaiknya pegangannya tidak dipasang tepat di tengah-tengah rumah ketam. Jika mengetam lurus pada pinggir papan, ibu jari kiri ditempatkan di bagian atas, dan ujung keempat jari yang Iain di bagian bawah kiri dari katam (gambar 1.46).

2.4. Ketam Seponing

Terdapat dalam dua macam bentuk ketam seponing yaitu:
1. Ketam seponing tetap.
Ketam seponing tetap, besarnya tidak dapat berubah. Rumah ketam seponing macam ini mempunyai berbagai ukuran besarnya, sesuai dengan mata ketamnya. Ketam ini hanya dapat dipergunakan membuat seponing pada sisi sudut yang searah dengan arah urat • kayu. (gambar 1.57).
2. Ketamseponing dapat diatur.
Ketam seponing ini dapat diatur Iebar dan dalamnya seponing yang dikehendaki yaitu dengan jalan menyetel pengatur dalam dan Iebarnya. (gambar 1.58). Ketam seponing dapat diatur mampunyai pisau muka dekat mata ketamnya, sehingga selain dapat digunakan untuk membuat seponing pada sisi sudut yang searah dengan arah urat kayu dapat pula ketam seponing ini dipergunakan untuk membuat seponing pada sisi sudut yang melintang dengan arah urat kayu di mana pisau muka kerjanya memotong / menyayat urat-urat kayu,

Ukuran Iebar mata ketam hampir sama dangan mata ketam biasa. Pada waktu mengeluarkan pisau ketam seponing tersebut dar) rumah katam dengan memukul baji penguat / peneguh mata ketam dengan palu besi kecil. Agar kaitan dekat kepala baji tidak belah maka harus dipukul oleh bagian badan dari palu.

2.5. Ketam Pinggir

Katam pinggir sebaliknya dari ketam saponing. Ketam pinggir tidak mempunyai pengatur ukuran, dan termasuk golongan ketam Iepas. Mata ketamnya tegak Iurus terhadap sisi rumah ketam. Untuk mengasah ketam ini harus tegak Iurus. Pengokoh kadudukan mata ketam adalah baji. Bagian bawah baji agak miring, untuk mengikis pengetaman ke kanan atau ke kiri, terutama untuk mengetam bidang yang tidak selebar mata ketamnya. Pada kedua samping ketam pinggir terdapat cowakan tembus, guna mengeluarkan sisa pengetam-an. Bagian bawah baji agak jauh Ietaknya dari mata ketam. Ujung mata ketam harus diletakkan sesuai dengan rumah ketam agar tidak menggetar waktu dipakai. (gambar 1.60).
Pemukul baji tidak usah keras-karas, untuk menjaga pecahnya rumah ketam bagian dekat cowakan.
Mata ketam yang baru dipasang kembali pada rumah ketam harus hati-hati meletakkan bajinya agar kedudukan mata katam tetap teguh dan tepat. Mengatur kedudukan mata ketam yaitu dengan memukul sisi rumah ketam yang berlawanan dan mata ketam yang menonjol dari kedua sisi rumah ketam 0,5 mm.
Ketam pinggir digunakan sebagai alat untuk, membersihkan / menghaluskan hasil pengetaman seponing yang masih kasar / kurang sempurna. (gambar 1.61a / 1.61b).

2.6. Ketam Cekung Dan Cembung

Ketam cekung dan cembung termasuk dalam golongan ketam Iepas bersifat tetap dan tidak mempunyai pengatur. Sepasang ketam macam ini terdiri dari berbagai ukuran. Lebarnya muiai dari 1/8″ sampai dengan 11/4″. Dipakai mengetam dengan bebas tidak bertangkai (gambar 1.64). Mata ketam bundar penajamnya dibuat Iebih bundar dari telapaknya, agar mencegah sudut ketam menyayat kayu. Sama pula halnya dengan ketam cekung penajamnya tidak begitu Iengkung. Rumah ketam macam ini diberi cowakan pada salah satu sisinya guna mengeluarkan sisa pengetaman.
Ketam cekung digunakan untuk mengetam sisi sudut dan bidang permukaan menjadi bundar atau cembung kebalikan dari mata ketamnya. Ketam cembung digunakan untuk mengetam sisi sudut dan bidang permukaan kayu menjadi cekung. Ketam cekung dan cembung ini sangat tepat untuk pekerjaan membuat alur-alur yang terdapat pada ambang air dan alur engsel pada kusen pintu dan jendala, juga pada pekerjaan-pekerjaan yang harus diberi alur atau dipinggul (gambar 1.65).

2.7. Ketam Alur / Bajak

Terdapat dua macam ketam ini, yaitu
1. Ketam alur / bajak tetap.
2. Ketam alur / bajak dapat diatur.
Ketam alur / bajak tetap tidak mempunyai pengatur Iebar. Sedangkan ketam alur / bajak dapat diatur, mempunyai pengatur Iebar dalamnya pengetaman (gambar 1.66).

Untuk mengatur ukuran Iebarnya yaitu dengan jalan memindahkan mur sepanjang tongkat berulir. Kedua tongkat itu harus distel hingga mencapai ukuran Iebar alur yang dikehendaki. Ada juga pengatur dengan sekrup dan mur kupu-kupu yang dijepitkan pada bidang ketamnya. Pengatur dalam alur terdiri dari dua sekrup yang dipasang tegak Iurus dan pada bagian atasnya terdapat cincin pemutar sekrup.
Telapaknya terdiri dari sehelai daun baja terbagi dalam dua bagian yang dipasang di samping rumah ketam. Bagian belakang mata ketam tidak dibuat selebar bagian mukanya, guna menghindarkan terjepitnya
alur yang diketam. Kedua ujung sisi mata ketam sedikit dibundarkan agar pengetaman tidak menyerut pinggiran.
Ukuran Iebar mata ketam mulai dari 4 sampai dengan 12 mm masing-masing dipasang pada satu rumah ketam saja, tidak seperti ketam pinggir.
Baji dibuat dalam bentuksedemikian rupa sehingga sisa pengetaman akan keluar berlawanan arah dari posisi yang mengatam. Baji tidak usah dipukul terlalu keras karena telapak baja dapat ikut serta keluar yang mengakibatkan tidak sama tingginya.
Lebih jeias Iagi bahwa sesuai dengan namanya ketam alur / bajak dipergunakan untuk membuat alur-alur, saperti pada pekerjaan penempatan papan panil.

2.8. Ketam Pipi

Sepintas bentuknya hampir sama dengan ketam pendak biasa, hanya ketam pipi dilengkapi dengan mata ketam kembar dan pisau muka serta pengatur Iebar dan pengatur dalam yang dipasang di pinggir rumah ketamnya.
Ketam pipi dipargunakan untuk pekerjaan mengetam pipi papan paniI yang dimiringkan dalam istilah Iain untuk mengetam “bossing” di mana ketam ini dapat memotong urat kayu karena adanya pisau muka yang berfungsi sebagai pemotong urat kayu. Selain itu, menyayat urat kayu dapat dikerjakan Iebih mudah.

2.9. Ketam Les
Ketam les ini disebut pula ketam profil, termasuk dalam golongan ketam yang bersifat tetap. Yang biasa dipakai bentuknya bermacam-macam.
Baji sebagai peneguh kedudukan mata ketam dibuat pada bagian bawah, sehingga sisa pengetaman dapat keluar di sebelah kanan ketam.
Sesuai dengan namanya ketam les dipergunakan untuk membentuk bidang sudut permukaan kayu sesuai dengan bentuk les / profil dari ketam les yang dikehendaki. (gambar 1.69 ).
Adapun pekerjaan yang selalu diberi les / profil seperti figura, ambang tiang kusen, daun pintu / jendela dan Iain-lain.

2.10 Ketam Alur Dan Lidah

Mata ketam alur dan Iidah ini berpasangan, ukuran ketamnya tidak berubah-ubah / barsifat tetap sesuai dengan bentuk mata ketamnya. (gambar 1.71). Mata ketam alur bentuknya hampir sama dengan mata ketam bajak, di mana pada bagian pinggir kokoh pasangannya. Sedang mata ketam lidah pada arah lebar digerakkan sedikit, ukuran mata ketam lebarnya disesuaikan dengan tebal papan yang akan dikerjakan.
Ukuran ketam alur dan lidah ini masing-masing
mulai dari 1/4″ sampai 11/2″ dengan kenaika ukuran berturut-turut 0,25 inci.
Ketam alur dan Iidah dipergunakan dalam pekerjaan-pekerjaan membuat sambungan. MemperIebar papan, misalnya papan gambar, papan panil, papan meja, dinding papan, Iantai tingkat dan sebagainya.

2.11 Ketam Tungkat
Rumah ketam dibuat dari baja tuang yang dilengkapi dengan sekrup untuk mengokohkan kedudukan Iidah dan mata ketam. Ketam tungkat mampunyai telapak yang pendek dan pada kedua sisinya terdapat dua buah pegangan tangan (gambar 1.72A dan1.72B) .
Ketam tungkat dipergunakan untuk mengetam bulat panjang, sisi Iengkung sisi cekung, baik yang buntu ataupun Iangsung.

2.12. Ketam Dasar Rumah

Ketam dasar terdapat dua macam yaitu :
1. Rumah katam yang terbuat dari balokkayu.
2. Rumah katam yang tarbuat dari baja
Ketam dasar mini dilengkapi dengan pengatur mata ketam dari sengkang baut mur kupu-kupu untuk mengokohkan mata ketamnya. Mata katam pada bagian bawahnya dibengkokkan membuat sudut 75° sehingga kayu pekerjaan benar-benar dapat terpotong olehnya.
Ketam dasar dapat dipergunakan untuk pekerjaan membersihkan / menghaluskan Iubang alur melintang, cowakan tembus dan buntu, cowakan liku-liku (zig-zag) dan sebagainya, seperti terdapat dalam konstruksi tangga dari kayu atau pada pekerjaan perkakas rumah tangga (gambar 1.74).

2.13. Ketam Gigi

Rumah ketam gigi mempunyai bentuk hampir sama dengan ketam pendek biasa, perbedaannya yaitu ketam gigi mata ketamnya dipasang tegak Iurus di atas telapak ketam. Pada mata ketam sebelah mukanya terdapat permukaan bidang berbentuk huruf V, maka disebut ketam gigi. Bila diasah akan terjadi mata sayatan yang bergigi (gambar 1.75).
Kegunaan dari ketam gigi yaitu untuk mengikis permukaan kayu yang berurat / berserat bolak-balik. Juga untuk mengetam sisi permukaan yang akan disambungkan dengan jalan direkat / dilem, agar perekat / lem dapat Iebih meresap ke dalam kayu dan sambungan akan terjadi rapat dan kuat.

AUTOCAD

AutoCAD merupakan sebuah program yang biasa digunakan untuk tujuan tertentu dalam menggambar serta merancang dengan bantuan komputer dalam pembentukan model serta ukuran dua dan tiga dimensi atau lebih dikenali sebagai “Computer-aided drafting and design program” (CAD). Program ini dapat digunakan dalam semua bidang kerja terutama sekali dalam bidang-bidang yang memerlukan keterampilan khusus seperti bidang Mekanikal Engineering, Sipil, Arsitektur, Desain Grafik, dan semua bidang yang berkaitan dengan penggunaan CAD.

Sistem program gambar dapat membantu komputer ini akan memberikan kemudahan dalam penghasilan model yang tepat untuk memenuhi keperluan khusus di samping segala informasi di dalam ukuran yang bisa digunakan dalam bentuk laporan, Penilaian Bahan (BOM), fungsi sederhana dan bentuk numerial dan sebagainya. Dengan bantuan sistem ini dapat menghasilkan sesuatu kerja pada tahap keahlian dan yang tinggi ketepatan di samping menghemat waktu dengan hanya perlu memberi beberapa petunjuk serta cara yang mudah.





pada kesempatan kali ini akan saya akan menulis tentang Desain Rumah Minimalis Type 90. Desain rumah minimalis type 90 ini terdiri dari 2 lantai pada kavling tanah ukuran 6 m x 11 m, dengan lahan yang sangat terbatas, tuntutan untuk mendesain rumah dengan layout yang fungsional sangatlah diperlukan. Adapun ruang yang terbentuk yaitu, ruang yang tercipta di lantai 1 adalah: ruang tamu, ruang keluarga yang digabung dengan ruang makan, ruang tidur utama yang terletak di sebelah kiri. untuk dapur terdapat di sisi kanan bangunan. Untuk garasi kapasitas 2 mobil sedangkan carport untuk 1 buah mobil.

Lantai 2 terdiri atas ruang tidur anak 2 buah, kamar mandi dan balcony. Untuk ruang dibawah atap/genteng (mezzanine) dimanfaatkan untuk storage atau SOHO. Luas ruangan secara keseluruhan adalah 96 m2, dengan waktu pengerjaan 4 bulan kalender.
Denah dan Tampak Depan
Gambar 1 – Denah dan Tampak Depan Bangunan (Klik Pada Gambar Untuk Memperbesar)
Desain fasad bangunan juga masih bisa diaplikasikan walaupun ukuran denah bangunan dirubah menjadi 6 m x 12 m, 6 m x 15 m, 8 m x 12 m, atau 8 m x 15 m. Jika tanah ada berukuran lebih besar, maka bisa ditambahkan taman dibagian tengah atau dibelakang ruang makan. Bisa juga memisahkan antara ruang keluarga dan ruang makan, dan memindahkan posisi dapur kebagian belakang didepan ruang tangga.
Denah/Layout Bangunan
Gambar 2 – Denah/Layout Bangunan (Klik Pada Gambar Untuk Memperbesar)
Tampak Depan
Gambar 3 – Tampak Depan Bangunan (Klik Pada Gambar Untuk Memperbesar)
Perkiraan biaya untuk membangun rumah seperti gambar desain diatas adalah sebesar: 2 juta/m2 dan estimasi biaya produksi total untuk rumah seluas 96 m2 adalah sebesar: 195 juta rupiah. Tentunya perkiraan/taksiran biayanya harus disesuaikan dengan upah pekerja dan harga material dikota anda, dan biaya diatas tidak termasuk harga tanah (hanya harga/biaya produksi rumahnya saja).
Demikian posting artikel kali ini, semoga desain rumah minimalis type 90 seperti pada gambar diatas bermanfaat buat anda. Selamat berakhir pekan dan semoga kebahagiaan selalu menyertai anda dan keluarga.

Jumat, 21 Oktober 2011

BETON

Perencanaan Beton Bertulang


betonBeton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja tulangan. Kombinasi dari kedua material tersebut menghasilkan bahan bangunan yang mempunyai sifat-sifat yang baik dari masing-masing bahan bangunan tersebut. Ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang tinggi. Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lebah jika dibebani tarik. Sedangkan baja tulangan mempunyai kapasitas yang tinggi terhadap beban tarik, tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena bentuknya yang langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan menempatkan tulangan dibagian beton yang mengalami tegangan tarik akan mengeliminasi kekurangan dari beton terhadap beban tarik. Demikian juga bila baja tulangan ditaruh dibagian beton yang mengalami tekan, beton disekeliling tulangan bersama-sama tulangan sengkan akan mencegah tulangan mengalami tekuk. Demikianlah penjelasan tentang mengapa kombinasi dari kedua bahan bangunan ini menghasil bahan bangunan baru yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibanding sifat-sifat dari masing-masih bahan tersebut sebelum digabungkan. Berikut kita akan paparkan sesuatu yang berhubungan dengan bahan bangunan beton dan tulangan baja.
Beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari semen (Portland cement atau semen hidrolik lainnya), pasir atau agregat halus, kerikil atau agregate kasar, air dan dengan atau tanpa bahan tambahan. Kekuatan tekan beton ($f_{c}^{\prime }$) yang digunakan untuk perencanaan ditentukan berdasarkan kekuatan tekan beton pada umur 28 hari. Meskipun sekarang kita dapat menghasilkan beton dengan kekuatan tekan lebih 100 MPa, kekuatan tekan beton yang umum digunakan dalam perencanaan berkisar antara 20 – 40 MPa. Seperti diterangkan sebelumnya, beton mempunyai kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi mempunyai kekuatan tarik yang rendah, hanya berkisar antara 8% sampai 15% dari kekuatan tekannya. Untuk mengatasi kelemahan dari bahan beton inilah maka ditemukan bahan bangunan baru dengan menambahkan baja tulangan untuk memperkuat terutama bagian beton yang mengalami tarik.

Baja tulangan yang digunakan untuk perencanaan harus mengunakan baja tulangan ulir/sirip (deformed bar). Sedangkan tulangan polos (plain bar) hanya dapat digunakan untuk tulangan spiral dan tendon, kecuali untuk kasus-kasus tertentu.

Berikut adalah ukuran baja tulangan yang dapat digunakan untuk perencanaan beton bertulang:
No     Penamaan     Diameter nominal     Luas penampang nominal     Berat nominal
(mm)     (cm$^{2}$)     (kg/m)
1     S.6     6     0,2827     0,222
2     S.8     8     0,5027     0,395
3     S.10     10     0,7854     0,617
4     S.13     13     1,327     1,04
5     S.16     16     2,011     4,58
6     S.19     19     2,835     2,23
7     S.22     22     3,801     2,98
8     S.25     25     4,909     3,85
9     S.39     29     6,625     5,18
10     S.32     32     8,042     6,31
11     S.36     36     10,18     7,99
12     S.40     40     12,57     9,88
13     S.50     50     19,64     17,4

Sebagai tambahan, baja tulangan ulir yang akan digunakan dalam beton bertulang harus memenuhi ketentuan dari ASTM yang berhubungan dengan baja tulangan sebagai berikut:

* “Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan beton” (ASTM A615M)
* “Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan beton” (ASTM A617M)
* “Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beton” (ASTM A706M)

Referensi:

1. SNI-03-2847-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
2. SNI-07-2052-2002 Baja Tulangan Beton

Keuntungan bahan bangunan beton

Beton dibanding bahan bangunan yang lain mempunyai beberapa keuntungan, diantarannya:

* Mudah dibentuk sesuai dengan keinginan
* Tahan lama dan memerlukan sedikit perawatan, jadi lebih ekonomis
* Mempunyai daya tahan yang bagus terhadap karat dan tidak mudah lapuk
* Tidak mudah terbakar
* Ketahanan terhadap angin yang berkecapatan tinggi (kencang)
* Tidak dimakan serangga atau rayap

Ini adalah beberapa alasan yang dapat dipertimbangkan apabila anda hendak memilih beton sebagai bahan bangunan.